Apa ciri-ciri beras oplosan?

Produk beras oplosan diduga jumlahnya ada 212 merk. Dugaan ini disampaikan sendiri oleh Menteri Amran Sulaiman. Apa saja beras premium yang diduga adalah beras oplosan adalah:

  1. Sania, Sovia, Fortune (produk Wilmar Group)
  2. Alfamidi Setra Pulen, Beras Premium Setra Ramos, Beras Pulen Wangi, Food Station, Ramos Premium, Setra Pulen, dan Setra Ramos. (produk PT Food Station Tjipinang jaya)
  3. Raja Platinum dan Raja Ultima (produk PT Belitang Panen Raya)
  4. Beras premium Ayana (produk PT Sentosa Utama Lestari)

Produk dan Grup Perusahaan yang memproduksi beras oplosan dan saat ini sedang diselidiki oleh Satgas Pangan Polri diantaranya ada 26 merek beras premium yang dikelompokkan berdasarkan produsennya, sebagaimana di lansir dari suara(dot) com:

  1. Wilmar Group
    1. Sania
    2. Sovia
    3. Fortune
    4. Siip
  2. PT Food Station Tjipinang Jaya
    1. Alfamidi Setra Pulen
    2. Beras Premium Setra Ramos
    3. Beras Pulen Wangi
    4. Food station
    5. Ramos Premium
    6. Setra Pulen
    7. Setra Ramos
  3. PT Belitang Panen Raya (BPR)
    1. Raja Platinum
    2. Raja Ultima
  4. PT Unifood Candi Indonesia
    1. Larisst
    2. Leezaat
  5. PT Buyung Poetra Sembada Tbk
    1. Topi Koki
  6. PT Bintang Terang Lestari Abadi
    1. Elephas Maximus
    2. Slyp Hummer
  7. PT Sentosa Utama Lestari / Japfa Group
    1. Ayana
  8. PT Subur Jaya Indotama
    1. Dua Koki
    2. Beras Subur Jaya
  9. CV Bumi Jaya Sejati
    1. Raja Udang
    2. Kakak Adik
  10. PT Jaya Utama Santikah
    1. Pandan Wangi BMW Citra
    2. Kepala Pandan Wangi
    3. Medium Pandan Wangi

Penyidik dari Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri telah secara resmi melayangkan surat pemanggilan kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk memberikan keterangan resmi. Jika kemudian terbukti maka tentunya ada tindakan dan pengumuman dari pihak terkait.

Produk diatas adalah produk yang diduga menggunakan metode oplosan dalam produk beras premiumnya.

Kementerian Pertanian menemukan adanya kecurangan perdagangan beras yang meliputi penurunan mutu dan bobot serta permainan harga di pasar. Hasil investigasi ini disampaikan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam konferensi pers hari Kamis (26/6/2025).

"Kita gunakan lab karena kita tidak ingin salah, kita tidak ingin ceroboh sehingga kami menggunakan 13 lab di 10 provinsi. Kita tidak ingin salah dalam menyampaikan informasi, karena ini sangat sensitif," ujar Andi Amran, Kamis (26/6/2025).

Hasil investigasi tersebut menemukan bahwa terdapat 212 dari 268 merek beras tidak sesuai standar kualitas, berat, dan harganya. Berdasarkan temuan Kementan, potensi kerugian konsumen ditaksir mencapai angka Rp99,35 triliun per tahun. Pengecekan beras melibatkan 13 laboratorium yang tersebar di 10 provinsi.

Ciri-Ciri Beras Oplosan

Ciri-ciri beras oplosan juga mudah dikenali secara kasat mata. Secara umum, beras oplosan dapat dikenali dari warna yang tidak seragam, butiran yang berbeda ukuran, dan tekstur nasi yang lembek setelah dimasak.

“Jika menemukan nasi yang berbeda dari biasanya seperti warna, bau (aroma), tekstur dan butiran maka dapat dicurigai sebagai beras yang telah dioplos dalam arti terdapat kerusakan mutu atau keberadaan benda asing,” jelasnya Tajuddin, dilansir dari laman resmi IPB (10/7/2025). Tajuddin juga menjelaskan, beberapa beras oplosan juga dicampur benda asing seperti zat pewarna atau pengawet berbahaya. Zat tersebut dapat membahayakan kesehatan jika dikonsumsi dalam jangka panjang

Di pasaran, beras oplosan adalah beras berkualitas medium yang dioplos dengan kualitas premium. Prof Tajuddin Bantacut, Pakar Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor, menjelaskan jenis-jenis beras campuran yang beredar di masyarakat.

Jenis beras oplosan menurut Prof. Tajuddin Bantacut:

  1. Beras yang dicampur dengan bahan lain seperti jagung atau bahan lainnya.
  2. Beras blended atau campuran beberapa jenis beras untuk memperbaiki rasa dan tekstur.
  3. Beras yang dicampur dengan bahan tidak lazim atau sudah rusak, kemudian dikilapkan atau dipoles ulang agar tampak bagus kembali.

Ciri-ciri umum beras oplosan, menurut Rima Azara, Dosen Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Tekpang Umsida) beras oplosan dapat dikenali dengan panca indra seperti:

  1. Dari segi tampilan, beras oplosan tidak seragam, banyak patahan, dan terlihat mengkilap seperti dilapisi lilin atau zat kimia
  2. Memiliki aroma apek, asam, atau berbau bahan kimia.
  3. Saat dimasak, tekstur lembek, mudah basi, tidak wangi, dan lengket.
  4. Jika direndam air, biasanya mengambang.

Apakah Beras Oplosan Berbahaya?

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Vella Rohmayani mengatakan bahwa Beras oplosan selain merugikan kita secara ekonomi juga berdampak pada kesehatan masyarakat.

Vella Rohmayani menjelaskan bahwa beras oplosan sering kali berasal dari beras lama atau berkualitas rendah yang rawan ditumbuhi kutu. Hal ini berpengaruh pada penurunan nutrisi beras dan memicu bakteri berbahaya.

“Beras berkutu bukan berarti langsung beracun, tetapi nilai gizinya berkurang. Rasa nasi juga bisa berubah, dan yang lebih berbahaya adalah risiko munculnya jamur serta kontaminasi bakteri akibat penyimpanan yang tidak layak,” jelas Vella Rohmayani, dikutip dari web Universitas Muhammadiyah Surabaya, Minggu (20/7/2025). Selain hal tersebut, zat kimia berbahaya dalam beras oplosan pasti akan berdampak pada kesehatan secara serius jika dikonsumsi jangka panjang atau terus menerus. Beberapa dampak yang muncul di antaranya gangguan pencernaan. Kemudian kerusakan organ hati dan ginjal, risiko kanker, serta penurunan imun tubuh.

Jelas bahwa beras oplosan berbahaya, apalagi jika dicampur dengan beras yang sudah kedaluwarsa atau beracun karena penyimpanan yang disemprot dengan pestisida dan sebagainya. Mungkin kita semua pernah mengkonsumsi beras-beras berbahaya dan beracun ini. Karena kita tidak tahu pasti bagaimana para produsen bahkan bulog membuat berasnya bisa awet setelah disimpan bertahun-tahun. Apalagi beras impor yang mungkin tidak segar atau sudah jauh dari masa panennya disimpan lama baru kemudian diekspor ke negara kita.

Kerakusan akan uang dan profit yang sebanyak-banyaknya membuat para pengusaha dan pelaku bisnis beras melakukan segalanya. Hingga membahayakan masyarakat luas yang hanya ingin membeli yang sudah tersedia di pasar. Karena memang sudah tidak bisa lagi menanam padi sehat demi masa depannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Datang Titik Terendah